Jejak NormanNasional

Mereka Hanya Seonggok Cerita antara Jakarta, Depok dan Bogor

59
×

Mereka Hanya Seonggok Cerita antara Jakarta, Depok dan Bogor

Sebarkan artikel ini
{"remix_data":[],"remix_entry_point":"challenges","source_tags":["local"],"origin":"unknown","total_draw_time":0,"total_draw_actions":0,"layers_used":0,"brushes_used":0,"photos_added":0,"total_editor_actions":{},"tools_used":{"addons":1,"transform":1},"is_sticker":false,"edited_since_last_sticker_save":true,"containsFTESticker":false}

Jejak_Norman|| Saya punya kebiasaan yang tidak pernah padam. Membawa kamera ke mana saya melangkahkan kaki. Kadang jika moment berlangsung cepat maka saya pakai telepon genggam.

Merekam sisi lain adalah kesukaan saya. Banyak hal yang sebenarnya sepele tetapi sebenarnya ada makna mendalam di balik gambar yang saya jepret.

Misalnya ada bocah penjual tisu yang tertidur pulas di tangga belakang Depok Town Square (Detos). Padahal malam sudah mengental dan bulan menggantung di langit.

Ketika hendak mengajar di kampus. Dalam perjalanan di sebuah angkot, saya mendapat gambar seorang sopir angkot yang bekerja sambil membawa balitanya. Entah di mana sang ibu balita itu.

Tak cuma itu. Ketika saya hendak menuju Stasiun Kereta Cikini, Menteng, Jakarta Pusat saya mengabadikan seorang penjual kopi dengan sepedanya yang tertidur pulas. Dia setia menunggu rezeki yang datang sambil terbawa mimpi.

Ketika saya menyelusuri Kali Ciliwung sekitar Manggarai, Jakarta Selatan. Saya mendapati anak-anak riang gembira melompat ke kali. Wajahnya sumringah. Tawa merekah di sana padahal kualitas air Kali Ciliwung tidak benar-benar baik.

Ada badut cilik yang mengais rezeki di Jembatan Penyeberangan Orang Margo City Depok. Ia tetap tersenyum dan berharap ada penjalan kaki yang melempar rupiah demi rupiah.

Di trotoar Surya Kencana Bogor, saya mendapat gambar yang keren. Seorang pengemis dengan kaki tak normal menjulurkan tangan meminta rupiah demi rupiah dari setiap pejalan kaki. Ironis!

Masih di Bogor, mata saya tertuju kepada seorang ayah bersama anaknya yang masih balita sedang tertidur pula menjajakan tisu kepada pengunjung Bogor Botani Square. Tragis! Sampai segitunya demi hidup.

Selebihnya para sahabat silakan melihat satu per satu foto bidikan saya selama saya berjibaku antara Jakarta, Depok dan Bogor sebelum saya akhirnya memutuskan ‘pulkam’ ke sebuah desa di balik Gunung Klabat, Minahasa. Yang jauh dari kebisingan kota besar.

Dari semua foto-foto itu, saya hanya ingin menyampaikan bahwa di balik kegemerlapan sebuah kota tetap terselip mereka yang tak beruntung tetapi tetap berjuang atas nama kehidupan.

Tidak mencuri apalagi korupsi seperti pejabat berdasi atau pengusaha mentereng atau mereka yang katanya ‘wakil rakyat’.

Silakan menyimak. Ya, setidaknya menjadi bahan perenungan bersama ketika angin malam mulai menyapa dan secangkir kopi menjadi teman setia di balik sepenggal sepi.

Dingin di kaki Gunung Klabat mulai mencubit manis. Ah…genit kau!

Penulis: Norman Meoko

width="120" height="600"/>
Berita

Sarasehan ini menjadi bagian dari upaya negara dalam memperkokoh ideologi Pancasila di tengah perubahan geopolitik yang terus bergerak cepat. Dalam forum tersebut, dibahas pula langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah agar lebih adaptif terhadap isu-isu global seperti krisis energi, ketegangan antarnegara, digitalisasi, dan transformasi ekonomi.

Berita

FLEI Business Show 2025 yang mengusung tema “Connecting Business, Driving Growth” menjadi wadah strategis bagi ratusan merek franchise dan lisensi dari berbagai sektor untuk memperkenalkan produk dan jaringan usaha mereka. Acara ini menarik ribuan pengunjung dari seluruh Indonesia dan menghadirkan lebih dari 200 brand ternama, seperti Indomaret, Alfamart, Kopi Sejuta Jiwa, Gramedia, hingga Happy Ice.