Jejakperintis.com — Ratusan pendeta dan pensiunan pendeta Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang tergabung dalam Gerakan Reformasi GMIM menggelar aksi damai di depan Kantor Sinode GMIM pada Rabu (11/6/2025). Aksi damai ini digelar sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi GMIM setelah Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM Pdt. Hein Arina ditahan di Markas Kepolisian Daerah Sulawesi Utara (MAPOLDA SULUT) terkait dugaan korupsi Dana Hibah dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Koordinator aksi, Pdt. Tedy Robert Kansil, M.Th, didampingi Pdt. Ricky Pitoy Tafuama, M.A, dalam orasinya menyampaikan bahwa aksi ini bukan hanya sekadar protes, tetapi juga sebagai bentuk doa dan dukungan moral bagi GMIM agar mampu menghadapi persoalan yang sedang melanda.
“Sebagai warga jemaat GMIM, kami datang ke kantor Sinode GMIM untuk mendoakan GMIM secara keseluruhan agar bisa menyikapi dengan baik dalam menghadapi pergumulan yang ada saat ini,” ujar Pdt. Kansil.

Ia menegaskan bahwa aksi damai ini bertujuan untuk mendorong BPMS GMIM mengambil kebijakan penting yang dapat memulihkan citra GMIM. “Untuk itu, kami datang ke kantor Sinode GMIM guna beribadah, menyampaikan petisi, dan berdialog dari hati ke hati dengan BPMS agar dimampukan mengambil kebijakan penting,” lanjutnya.
Dalam petisi yang mereka sampaikan, Gerakan Reformasi GMIM mengajukan beberapa tuntutan. Pertama, mereka mendesak Pdt. Hein Arina untuk segera mengundurkan diri sebagai Ketua BPMS GMIM agar tidak mencoreng nama baik GMIM. Kedua, mereka meminta pemberhentian Pdt. Hein Arina sebagai pegawai organik GMIM karena dinilai tidak menjaga citra GMIM. Ketiga, mereka menuntut agar Sidang Majelis Istimewa (SMSI) untuk pembahasan perubahan Tata Gereja GMIM 2021 dilaksanakan pada Juli 2025 sesuai keputusan Sidang Majelis Sinode Tahunan di Likupang tahun 2024.
Selain itu, Gerakan Reformasi GMIM juga mendesak adanya transparansi dalam pengelolaan keuangan GMIM dengan melakukan audit internal dan eksternal secara berkala agar jemaat dapat mengetahui dengan jelas penggunaan dana gereja. “Kami ingin GMIM yang lebih bersih, transparan, dan tidak terlibat dalam praktik-praktik politisasi,” tegas Pdt. Tafuama.
Aksi damai yang berlangsung dengan tertib ini menjadi momentum bagi para pendeta dan pensiunan pendeta GMIM untuk menyuarakan perubahan yang lebih baik dalam tubuh gereja. Mereka berharap agar BPMS GMIM segera merespons tuntutan yang disampaikan demi kebaikan bersama.
Kasus dugaan korupsi yang menjerat Ketua BPMS GMIM ini menjadi ujian bagi GMIM untuk menjaga kepercayaan jemaat dan publik. Tuntutan agar tata kelola gereja lebih transparan dan akuntabel diharapkan dapat menjadi langkah awal menuju pembaruan yang lebih baik di GMIM.
Dengan aksi damai ini, gerakan Revormasi GMIM berharap agar GMIM dapat tetap menjadi gereja yang melayani umat dengan penuh integritas dan menjadi teladan bagi masyarakat. (Wan)